Kesabaran Urwah bin Az-zubair yang Tak Tertandingi Bagian 2.
Bismillah...
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Setelah selesai kisah yang pertama (1), ini adalah kelanjutan kisah yang kedua (2). Yuk kita mulai kisahnya:
_____
Untuk menghentikan darah dari luka semacam ini, harus menggunakan minyak yang di panaskan, lalu luka itu dicelupkan kedalam minyak hingga minyak itu dapat menghentikan aliran darah sekaligus mengobati lukanya. Disinilah Urwah jatuh pingsan dalam waktu yang lama. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa dia pingsan dalam 1 hari, saat inilah dia tidak membaca Al-Qur'an yang telah menjadi rutinitasnya sehari-hari sejak dia menjadi seorang pemuda yang hafal Al-Qur'an dan senantiasa membacanya.
Setelah dia sadarkan diri, dia memandang sekelilingnya, dia melihat kakinya telah putus dan di simpan di dalam sebuah bejana, lalu dia meminta kakinya seraya berkata."Dialah Allah yang telah membimbingku untuk membawamu pada pertengahan malam ke masjid, dia maha mengetahui bahwa aku sama sekali tidak melangkahkanmu kepada perkara-perkara yang haram."
Al-Walid bin Abdul Walid mendengar berita tentang pengamputasian betis Urwah dan apa yang terjadi padanya ketika proses amputasi itu; dimana pada saat itu dia hanya mengucapkan kalimat tahlil dan takbir, dan setiap kali dia merasakan sangat kesakitan, dia mengucapkan kalimat "hassi,hassi" yaitu kalimat yang biasa dikatakan pada saat merasa sangat kesakitan.
Al-Walid berkata," sama sekali aku tidak pernah melihat seorang syekh yang lebih sabar dari pada Urwah bin Az-Zubair."
Khalifah ingin menghibur Urwah terkait dengan apa yang menimpa dirinya dan juga putranya, karena musibah itu teramat berat. Akan tetapi, dia tidak tahu bagaimana cara berbela sungkawa kepadanya. Dalam kondisi demikian, tiba-tiba datang kepadanya sekelompok utusan dari Bani Abbas dan diantara mereka ada seorang laki-laki buta. Maka Al-Walid pun bertanya kepadanya tentang sebab kebutaannya.
Laki-laki itu menjawab," wahai Amirul mukminin, dulu tidak ada seorang pun dari bani Abbas yang lebih kaya dariku dalam hal harta, tidak ada juga yang memiliki keluarga dan anak-anak lebih banyak selain dari pada aku. Aku bersama harta dan keluargaku tinggal di suatu lembah diantara tempat kediaman kaumku. Lalu banjir besar melanda kediaman kami, sebelumnya kami tidak pernah melihat banjir seperti itu. Banjir itu menghanyutkan semua harta, keluarga dan anak-anakku. Tidak ada lagi milikku yang tersisa kecuali seekor unta dan seorang bayi yang baru lahir.
Kemudian unta itu kabur sehingga aku meninggalkan anakku di atas tanah untuk mengejar unta itu. Namun belum jauh aku meninggalkan tempatku, tiba-tiba aku mendengar suara jeritan anak kecil.Aku pun memalingkan mukaku dan aku melihat kepala anakku berada di mulut serigala yang sedang memakannya. Maka aku langsung berlari ke arahnya, namun aku tidak berhasil menyelamatkannya karena serigala itu telah menghabiskannya. Lalu aku pergi mengejar unta yang kabur, ketika aku sudah berada di dekat dengannya, salah satu kakinya menyepak wajahku sehingga menyebabkan keningku hancur dan mataku buta."
Demikian lah ujian laki-laki ini, lebih menyakitkan dibandingkan dengan ujian yang dialami Urwah, dia telah kehilangan keluarganya, anaknya, hartanya dan juga penglihatannya.
Maka pada saat itu, Al-Walid bin Abdul Malik bermaksud meringankan beban ulama dan ahli fiqih Madinah itu dengan mengirimkan laki-laki ini bersama salah seorang pengawalnya kepada Urwah, supaya dia tahu bahwa diantara manusia ada orang yang mendapatkan ujian dan musibah yang lebih berat darinya.
Laki-laki itu pun pergi bersama pengawal, lalu dia menceritakan kepada Urwah bin Az-Zubair tentang kisah hidupnya. Maka Urwah mengucapkan kalimat istirja' dan menyerahkan semua urusannya kepada Allah Subhanahuwata'ala. Dialah teladan bagi seorang mukmin yang terkena musibah, yang sabar dalam menghadapi ujian, serta selalu bertakwa dalam keadaan suka maupun duka.
Tidak berapa lama kemudian, Urwah bin Az-Zubair dibawa kembali ke Madinah, karena keluarga, murid-muridnya, dan para pengikutnya yang merasa kehilangannya selama waktu-waktu tersebut. Ketika rombongan mereka tiba di daerah Wadil Qura di dekat Mekkah, Urwah berseru sambil berdo'a menengadahkan wajahnya ke langit: " Ya Allah, dulu aku memiliki empat anggota badan dua tangan dan dua kaki, lalu engkau mengambil salah satu darinya, maka segala puji bagi Mu. Dulu aku memiliki empat orang putra, lalu engkau mengambil salah satu darinya dan engkau menyisakan tiga darinya, maka segala puji bagi-Mu. demi Allah, seandainya engkau mengambil pasti engkau menyisakan, dan seandainya engkau memberikan ujian pasti engkau memberikan kesembuhan."
Benar, jika Allah telah mengambil darinya sedikit, maka Allah pun telah memberinya banyak. Jika Allah telah memberikan ujian kepadanya satu kali, maka Allah pun memberinya kesembuhan berkali-kali. Inilah kenikmatan bersyukur kepada Allah dan bersabar atas musibah yang menimpa. Dengannya, Allah telah mengistimewakan salah seorang hamba-Nya yang mengikuti jejak kebaikan, semoga keridhaan Allah di limpahkan kepadanya.
Urwah pun tiba di Madinah dan rumahnya di Al-Aqiq telah di penuhi oleh orang-orang yang berkunjung dan berbela sungkawa Kemudian Isa bin Thalhah datang kepadanya,"Wahai anakku, perlihatkanlah kakiku kepada pamanmu ini." Maka putranya pun melakukan perintah ayahnya. Lalu Isa bin Thalhah berkata,"Demi Allah wahai Abu Abdullah, kami tidak mempersiapkanmu untuk suatu pertarungan maupun perlombaan. Sungguh, Allah telah menetapkan darimu bagi kami apa yang kami perlukan; pendapatmu dan ilmumu."
Kalimat-kalimat tersebut sangat berkesan di dalam diri Urwah, dan dia menganggap nya sebagai balas Budi dari seorang murid terhadap gurunya. Lalu Urwah memandang kepadanya dengan perasaan senang seraya berkata, Wahai Isa, tidak ada seorangpun berbela sungkawa terhadapku sepertimu."
Belum lagi Meninggalkan gurunya dan keluar dari rumahnya; datanglah laki-laki lain, yaitu, Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah, lalu dia memberikan salam hormat kepadanya dan berkata, "demi Allah, engkau tidak perlu untuk berjalan dan tidak perlu lagi berusaha. Sungguh, salah satu dari bagian anggota tubuh mu dan salah seorang putramu telah mendahului mu ke surga, dan seluruh anggota tubuh dan keluargamu akan mengikuti sebagian yang lainnya, insyaAllah. Sungguh, Allah telah menetapkan darimu bagi kami apa yang kami perlukan; ilmumu dan pendapatmu. Demi Allah, hal itu akan menjadi pahala bagimu dan meringankan hisab mu."
Urwah bin Az-Zubair pun berterima kasih kepada tamunya dan bersabar serta menyerahkan segala musibah yang menimpanya kepada Allah Subhanahuwata'ala. Kemudian dia memandang kepada putra-putranya dengan pandangan seorang ahli ilmu seraya berkata, wahai anakku, bertanyalah kepadaku. Sungguh, aku telah ditinggalkan sampai aku hampir lupa. Dan aku pasti akan di tanya tentang hadits dalam dua hari."
Orang-orang terus berdatangan kerumahnya yang berada di Al-Aqiq, dan setiap kali dia ditanya tentang musibah yang menimpanya, dia menjawab:
لقد لقينا من سفر ناهذا نصبا
"Sungguh, kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini."(Al-Kahfi:62).
Laki-laki ini pun terus memberikan ilmunya kepada murid-murid dan para pengikutnya di Madinah, dia pun senantiasa berkata, "apabila salah seorang dari kalian melihat sesuatu dari perhiasan dunia dan keindahannya, maka hendaklah dia kembali kepada keluarganya dan memerintahkan mereka mereka untuk melaksanakan shalat serta bersabar terhadapnya." Kemudian dia mengulang-ulang firman Allah Subhanahuwata'ala:
ولا تمدن عينيك ال ما متعنا به ازواجا منهم زهرت الحياة الدنيا لنفتنهم فيه
"Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka,(sebagai) bunga kehidupan dunia, agar kami uji mereka dengan (kesenangan) itu."(Thaha: 131)
Di antara hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Urwah adalah: Urwah bin Az-Zubair berkata: Diriwayatkan dari ayahnya, Az-Zubair bin Al-'Awwam, dia berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
غيروا الشيب ؤلا تشبهؤا باليهود
"Rubahlah uban kalian, dan janganlah kalian menyerupai orang-orang Yahudi." (Hadist Riwayat. Ahmad)
Setelah Urwah bin Az-Zubair menjalani kehidupan panjang yang berazaskan ketakwaan selama tujuh puluh satu tahun yang penuh dengan ilmu dan fikih, di makmurkan dengan ketakwaan dan shalat, maka datanglah ajalnya yang telah di tentukan. Pada saat itu dia sedang berpuasa, dan setiap kali putranya mengingatkannya untuk berbuka, dia tetap melanjutkan puasanya: sebagai pendekatan diri kepada Tuhannya dan keteguhan terhadap agamanya.
Menurut anda, dimanakah Urwah berbuka puasa? Cukup baginya berbuka puasa di surga, karena itulah tempat kembali nya. Menurut anda apa menu berbukanya? Kesenangan dengan sungai Al-Kautsar. Sesungguhnya dia adalah seorang tabi'in yang telah mengikuti jejak kebaikan, maka ini lah minumannya. Sedangkan makanannya di surga adalah daging burung sebagaimana yang mereka idam-idamkan.Dia akan di beri minum oleh para pelayan-pelayan muda dengan cangkir dan teko-teko yang terbuat dari perak. Itulah yang dia harapkan. Apakah ada yang lebih mulia dari pada surga?! Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada ahli fikih Madinah, Urwah bin Az-Zubair.
Selesai.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
📔.Kisah para tabiin: 83/88.
_____
Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah ini adalah:
Setelah menjalani proses pengamputasian dan segala ritual lainnya, Urwah bin Az-Zubair setelah sadar dari pingsannya, lalu dia teringat akan aktivitas sehari-hari yang telah ia lakukan terkait dengan kakinya tersebut, dan dia mensyukuri atas nikmat yang telah Allah berikan terhadapnya, dengan kakinya tersebut. Urwah bin Az-Zubair telah banyak mengerjakan amal ibadah yang telah ia lakukan.
Allah memberikan ujian terhadap para hambanya, pasti sesuai dengan kadar keimanan, ketaqwaan dan kemampuannya masing-masing. Di atas langit masih ada langit, cobaan yang di alami oleh Urwah, yang sangat berat itu, ternyata masih ada orang lain yang mendapatkan cobaan yang lebih besar dan lebih berat dari padanya.
Setelah Urwah sampai di negerinya dan berkumpul lagi bersama keluarga dan murid-muridnya, Urwahpun tetap menjalankan aktivitas yang biasa di lakukan nya. Musibah yang di alaminya tidak menjadikan sebagai penghalang untuk menjalankan rutinitasnya sehari-hari.
Setelah Urwah bertahun tahun menjalani kehidupan dengan berbagai masalah dan musibah yang dialaminya, lalu Allah Subhanahuwata'ala memanggilnya untuk mempertanggung jawabkan setiap perbuatan dan segala cobaan yang ia hadapi selama hidup di dunia, dan yang pantas untuk di dapatkan bagi seorang yang sabar sepertinya adalah surga dan segala kenikmatannya.
Ingat! setiap kesulitan dan kesedihan yang kita alami, masih banyak orang yang lebih berat ujianya di banding yang kita rasakan/alami.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
📝.Tulisan kisah-kisah islami Umiasiah.
Komentar
Posting Komentar