Kesabaran Urwah bin Az-zubair yang tak Tertandingi. bagian 1.
Bismillah...
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, saya di sini akan membagikan kisah-kisah dari para ulama terdahulu yang patut untuk kita jadikan sebagai contoh tauladan buat kita sehari-hari.
Baiklah mari kita mulai saja kisahnya:
_____
kesabaran Urwah bin Az-Zubair Yang tak tertandingi. bagian 1.
Kisah nyata.
Siapa saja yang membaca kisah ini pasti tidak akan kuat dan air matanya terus mengalir.
○Allah Subhanahuwata'ala ingin mengguji Urwah bin Az-Zubair, dan kehendak-Nya untuk menguji Urwah bin Az-Zubair itu pun berlaku sesuai dengan kadar keimanan nya yang kuat.Ujian yang tidak mungkin dapat dihadapi kecuali oleh pemilik ketakwaan, pemilik hati yang di penuhi dengan keimanan dan di genangi oleh kekhusyukan terhadap Allah Subhanahuwata'ala.
Para Khalifah pada zaman pemerintahan Bani Umayyah sangat memuliakan para ahli fiqih Madinah dan menghargai mereka dengan setinggi-tingginya. Salah satunya adalah Al-Walid bin Abdul Malik bin Marwan yang pernah mengundang Urwah bin Az-Zubair untuk berkunjung kepadanya di Damaskus. Maka Urwah pun memenuhi undangannya dengan di temani oleh putranya yang paling tua. Lalu ketika dia setelah sampai di Damaskus, dia menerima sambutan yang sesuai dengan kedudukan para Ulama dari seorang Khalifah yang telah menyambut kedatangannya, dengan sambutan yang paling mulia dan terkesan berlebihan dalam memberikan penghormatan kepadanya. Khalifah melapangkan tempat duduknya, serta memberinya kebebasan untuk dapat melihat-lihat keindahan istannya dan yang keindahan alam Damaskus, supaya dia dan putra nya bisa menjadi senang.
Ketika Urwah berbincang-bincang di majelis Khalifah, sementara itu putranya sedang berada di pacuan kuda atau sedang melihat-lihat dan mencari tahu tentang tempat ini, dan ini merupakan suatu yang di sukai oleh para pemuda.
Salah satu yang memikat hati putra Urwah adalah tempat penambatan kuda yang berada di salah satu penjuru istana. Ketika dia sedang bersuka ria dengan kuda-kuda Khalifah yang berdiri di atas tiga kakinya, tiba-tiba salah satu kakinya menendang putra Urwah dengan tendangan yang mematikan. Kaki kuda itu menyepak wajah dan tubuhnya sampai dia terpelanting keatas tanah,lalu ia terinjak oleh kaki-kaki kuda yang lainnya yang berlarian di atas tubuhnya, sehingga dia meninggal dunia.Urwah Az-Zubair pun terkejut mendengar berita kematian putranya, namun dia menganggapnya sebagai ujian dari Allah, dan tidak ada jalan keluar baginya selain dari pada ketundukan terhadap ketetapan Allah Subhanahuwata'ala.Lalu dia menguburkan putranya dengan tangannya sendiri, kemudian dia pulang dengan penuh kesedihan dan penyesalan, Namun dia mengobati penyesalan itu dengan kesabaran dan ketakwaan. Saat itu meluaplah perasaannya sebagai seorang ayah, namun dia mengikuti jejak orang-orang yang sabar ketika ditimpa ujian dengan terus mengucapkan kalimat istirja'.
انا الله وانا اليهراجعون
"Sesungguhnya, kami milik Allah dan akan kembali kepada-nya."(Al-Baqarah:156)
Tidak berapa lama setelah peristiwa tersebut, Urwah merasa pikirannya kacau ketika dia sedang duduk di majelis Khalifah, dia terus mengulang-ulang ayat-ayat Al-Qur'an dengan lisannya yang senantiasa basah dengan dzikir kepada Allah seraya berharap agar Allah memberinya kebebasan dalam musibah yang menimpanya. Dalam kondisi demikian, tiba-tiba dia terkena penyakit pada betisnya, lalu dia teringat bahwa penyakit ini sudah mulai menyerangnya sejak dalam perjalanannya menuju Al-Walid bin Abdul Malik, yaitu di daerah Wadilqura. Ketika itu, dia menemukan luka di kakinya, kemudian luka itu bernanah dan dia banyak menderita karenanya. Dan sekarang dia kembali merasakan sakit yang teramat sangat, hampir saja dia tidak sanggup lagi menanggungnya, karena betisnya membengkak dan pembengkakan itu semakin menyebar dengan sangat cepat.
Pada saat itu, Khalifah memanggil para dokter untuk tamunya, Urwah bin Az-Zubair, dan dia memerintahkan mereka untuk mengobati tamunya dengan segenap kemampuan mereka dalam ilmu kedokteran.
Setelah diperiksa dengan penuh ketelitian, para dokter itu sepakat bahwa betis Urwah harus di amputasi supaya penyakit jahat yang menggerogoti tubuh itu tidak terus menyebar kebahagian tubuh yang lainnya dan menyebabkannya meninggal dunia.
Urwah pun menuruti pendapat para dokter itu dan menyerahkan segala urusan kepada Allah. Lalu dokter pun datang dengan membawa peralatan untuk mengamputasi, dan mereka harus membius Urwah terlebih dahulu, karena mereka tahu bagaimana rasa sakit yang menyertai amputasi dan pemotongan bagian anggota tubuh. Dokter pun berkata kepada Urwah, "Kami akan memberimu seteguk minuman yang memabukkan supaya engkau tidak merasakan sakitnya amputasi yang akan terasa sangat menyakitkan."
Urwah menjawab,"tidak, aku tidak akan menggunakan sesuatu yang haram demi mendapatkan kesehatan yang aku harapkan."
Dokter berkata,"ini sangat berbahaya, engkau harus di bius sebelum diamputasi, karena aku khawatir engkau akan menghentakkan kaki mu ketika kami sedang melaksanakan tugas kami, hal itu akan membahayakan kamu."
Urwah menjawab dengan penuh keimanan seorang ahli fiqih dan ketakwaan seorang hamba yang taat kepada Tuhannya serta beriman terhadap qadha dan qadar-Nya, "Aku tidak ingin salah satu dari bagian anggota tubuh ku di potong tanpa aku merasakan sakitnya, dan aku menyerahkan hal itu kepada Allah."
Maka pada saat itu, dokter pun mendatangkan sekelompok orang untuk memegangi Urwah karena dikhawatirkan Urwah akan menggerakkan tubuhnya pada saat proses amputasi. Namun Urwah menolak seraya berkata, "Aku tidak memerlukan mereka, aku akan memalingkan nya dengan berdzikir dan bertasbih selama kalian melaksanakan tugas kalian."
Dokter pun mendekatinya dan mulai menyayat daging dari betisnya, lalu di berikan gergaji kepadanya dan dokter pun mulai menggergaji tulang betisnya. Sementara itu, Urwah terus bertakbir dan bertasbih sampai betisnya selesai di amputasi.
Untuk menghentikan darah dari luka semacam ini, harus menggunakan minyak yang di panaskan, lalu....... bersambung .......
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
📔 Kisah para tabi'in: 65/83.
Pelajaran yang dapat kita petik pada kisah diatas adalah : Urwah bin Az-Zubair adalah orang yang sangat penyabar, meskipun dia terkejut ketika mendengar berita kematian putranya, namun dia menganggapnya sebagai ujian dari Allah, dan tidak ada jalan keluar baginya selain dari pada ketundukan terhadap ketetapan Allah Subhanahuwata'ala.
Urwah bin Az-Zubair meskipun pikiran nya sedang kacau karena kematian anak yang di cintai nya, dia tetap tidak meninggalkan kebiasaannnya, dia terus mengulang-ulang ayat-ayat Al-Qur'an dengan lisannya yang senantiasa basah dengan dzikir kepada Allah seraya berharap agar Allah memberinya kebebasan dalam musibah yang menimpanya.
Urwah bin Az-Zubair seorang yang taat beragama meskipun dalam keadaan yang sangat kritis dia tidak mau mengkonsumsi sesuatu yang haram, meskipun barang tersebut ada dan ada uzur syar'i untuk mengkonsumsinya.
Semoga banyak Urwah-Urwah di negeri tercinta kita ini, dengan begitu banyak pula keturunan orang-orang shaleh semisal Urwah bin Az-Zubair.
___
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Komentar
Posting Komentar